Oleh: muhammad Farandika Akbar (DPW I POPMASEPI)
Indonesia sebentar lagi akan memasuki masa perayaan hari besar Idul Fitri yang kedua secara berturut-turut dalam balutan suasana dampak pandemi Covid-19. Diketahui saat ini tengah hadir permasalahan peningkatan jumlah pengangguran yang terdata menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2020 terjadi lonjakan angka pengangguran sebanyak 2,67 juta orang yang mana kondisi ini menjadikan jumlah pengangguran terbuka saat ini sebanyak 9,77 juta orang. Hal ini disinyalir disebabkan oleh Pandemi yang melanda serta mengganggu tatanan perekonomian sehingga sebagian besar sektor lapangan usaha mengalami dampak negatif.
Tentunya bagi pelaku usaha pada umumnya dan pihak swasta pada khususnya, kondisi seperti ini memaksa mereka harus berfikir ekstra dengan pilihan yang paling rasional adalah melakukan pemangkasan biaya untuk menekan pengeluaran agar mendapatkan profit atau minimal tidak merugi terlampau tinggi. Salah satu pilihannya adalah memangkas jumlah tenaga kerja yang kemudian munculah fenomena PHK yang terjadi di mana-mana dalam kurun waktu belakangan ini. Bagi penduduk usia muda, hal ini sangat menjadi pukulan mengingat pasalnya Indonesia saat ini tengah memasuki suatu fase yang langka, yakni Bonus Demografi.
Meskipun hampir seluruh sektor terdampak, tetapi masih ada sektor yang mencatatkan kinerja pertumbuhan positif selama pandemi berlangsung. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pertanian. Sektor pertanian pada triwulan ke-1 tahun 2021 kembali mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 2,95%. Capaian ini menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, sangat menggembirakan karena 30% dari tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor tersebut. Dengan kinerja yang baik, sektor pertanian menjadi salah satu tiang penyangga perekonomian nasional di tengah Krisis ekonomi. Karena kokohnya sektor pertanian dari guncangan ekonomi saat pandemi, masyarakat yang sebelumnya menggantungkan hidupnya pada sektor non-pertanian, kemudian terdampak hilangnya pendapatan yang diterima akibat krisis, akhirnya memilih untuk beralih memasuki lapangan kerja di sektor pertanian. Fenomena ini juga disoroti oleh Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud menyebut pentingnya untuk meningkatkan porsi anggaran pertanian. Sebab pertanian sewajarnya mendapat anggaran maksimal mengingat kontribusi pertanian yang besar terhadap perekonomian nasional saat ini. “Pangan dan pertanian menjadi salah satu motor penggerak dalam perekonomian nasional. Kalau tidak ada pertanian, pertumbuhan ekonomi kita selama pandemi COVID-19 bisa terkoreksi lebih dalam lagi,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (6/5/2021).
Dari beberapa poin diatas dapat diuraikan tentang seberapa wajarnya fenomena PHK dapat terjadi di masa-masa sulit, kemudian bagaimana respon daripada sektor pertanian yang dapat memberikan harapan sebagai penopang perekonomian nasional pada saat ini dan kemudian bagaimana tantangan-tantangan lain dari pada sektor pertanian modern dalam menyongsong pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Lantas dimana peran mahasiswa di masa krusial pada saat ini, khususnya yang bergerak di lini organisasi keprofesian yang seharusnya memiliki fungsi keberpihakan serta turut peka dan andil dalam pemecahan permasalahan nasional?
Memang kenyataannya di Indonesia pembangunan pertanian tidak sesederhana yang diduga. Permasalahan yang paling krusial adalah pasar dan politik sama-sama meminggirkan sektor pertanian. Kebijakan ekonomi dan politik sering tidak bersahabat dengan sektor pertanian. Untuk memajukan sektor pertanian dibutuhkan strategi mengenai kesejahteraan petani dan masyarakat, ketahanan pangan dan efisiensi pertanian, proses dan strategi industrialisasi. Makin berkembang suatu negara, akan makin kecil kontribusi sektor pertanian. Hukum Engle mengatakan, jika pendapatan meningkat, maka proporsi pengeluaran terhadap bahan-bahan makanan yang diproduksi sektor pertanian akan makin menurun. Dalam istilah ekonomi, elastisitas permintaan terhadap makanan lebih kecil dari satu atau tidak anjal, sehingga peningkatan permintaan terhadap bahan makanan tidak sebesar permintaan terhadap barang-barang hasil sektor industri dan jasa. Untuk itu pertanian dalam hal ini sub sektor agrobisnis dan agroindustri berperan penting dalam upaya mendorong sektor pertanian sebagai basis ekonomi Indonesia.
Dalam rangka menjembatani tujuan pembangunan pertanian, terdapat sebuah opini bahwa tidak ada salahnya mencoba memanfaatkan unsur terkecil daripada “Negara” yakni individu dan keluarga tak terkecuali dalam lini pertanian. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, AgungHendriadi menyebut program Pertanian Keluarga (PK) mempunyai nilai strategis dalam membangun ketahanan pangan masyarakat. Dibangun dari unit terkecil, Agung mengatakan Pertanian Keluarga tak hanya bertujuan menyejahterahkan petani, namun juga menekan daerah rawan pangan.
“Ketahanan Pangan ini dibangun dari unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga, karena itu kami bangun Pertanian Keluarga tidak hanya untuk meningkatkan penyediaan pangan dan kesejahteraan petani, tetapi juga mengentaskan daerah rentan rawan pangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4/2021).
Kemudian kembali membahas bagaimana peran mahasiswa dalam geliat sebagai generasi muda yang dapat menjadi motor dalam perubahan demi perubahan di negeri ini. Jika ditarik benang merahnya, dari fenomena berupa peningkatan angka PHK dan Pengangguran, kemudian kokohnya sektor pertanian dalam menyangga perekonomian serta peningkatan tenaga kerja sektor pertanian dan kenyataan bahwa terdapat tantangan agribisnis dalam menyokong pembangunan nasional hingga sebuah solusi dalam membangun kekuatan pertanian dari unit terkecil yang ada di masyarakat, mahasiswa seharusnya dapat menjadi jembatan ide sekaligus stimulan yang sempurna dalam mewujudkan perkembangan pertanian dari unit terkecil hingga dapat menumbuhkan harapan dalam kaitannya terhadap kemandirian pangan dari keluarga, desa hingga dalam lingkup yang lebih luas.
Adapun stimulan yang dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan kecil mulai dari kunjungan pedesaan, Focus Group Discussion (FGD), Penyuluhan hingga kordinasi dengan instansi-instansi terkait yang dapat memberikan kemungkinan adanya “Supply” yang dapat membantu serta mendukung para target kegiatan untuk kemudian mengadopsinya di lingkungan tempat tinggalnya. Tentu hal ini dirasa sangat realistis dapat dijangkau oleh mahasiswa pertanian yang ada di Nusantara pada umumnya dan POPMASEPI pada khususnya. Hal ini bukan tanpa alasan, POPMASEPI yang hari ini tetap gagah berdiri dengan slogannya berupa “Ada dan Tetap Satu Untuk Indonesia” dirasa sangat memiliki potensi untuk merealisasikan usaha-usaha tersebut melalui sumbang tangan bidang Pengabdian Masyarakat dan Kajian Strategis dan Advokasi di wilayahnya masing-masing. Dengan hadirnya organisasi kemahasiswaan ditengah masyarakat dengan visi mendampingi pemerintah dalam pendampingan terhadap masyarakat, tentu akan memberi sinyal yang positif kepada pemerintah bahwa hari ini pemerintah tidak sendiri dalam berdiri diatas permasalahan dan kepentingan publik serta berusaha semaksimal mungkin menjadi Problem Solver yang saat ini diyakini sangat vital dibutuhkan untuk hadir di tengah-tengahmasyarakat.
Ada dan Tetap Satu Untuk Indonesia; Salam Profesi!!
Salam Profesi !! Salam Profesi!!
POPMASEPI !! JAYA !!
Referensi :
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5560611/jadi-penggerak-ekonomi-anggaran-pertanian-diusulkan-naik?_ga=2.128484684.1905427776.1620388754-1920862717.1620388754
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5558882/bps-sebut-pertanian-jadi-sektor-andalan-di-triwulan-i-2021?_ga=2.128484684.1905427776.1620388754-1920862717.1620388754
https://news.detik.com/kolom/d-5539153/strategi-pertanian-berwawasan-agrobisnis?_ga=2.128484684.1905427776.1620388754-1920862717.1620388754
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5532125/peran-pertanian-keluarga-untuk-ketahanan-pangan-nasional?_ga=2.129614028.1905427776.1620388754-1920862717.1620388754