ODILIA TANGKE BATU – UNIVERSITAS TADULAKO
Indonesia krisis petani muda, populasi petani muda berumur 20-39 tahun berjumlah 2,7 juta orang. Hanya 8% dari total petani 33,4 juta orang. Sisanya lebih 90% masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua. Ini merupakan ancaman bagi sektor pertanian berkelanjutan yang menyumbang 13,28% terhadap PDB. PDB tahun 2021 sejumlah 16.970,8T dari semua sektor.
Jika petani muda berada diangka 8%, lalu siapa yang akan melanjutkkan regenerasi petani. Rejuvenasi petani adalah proses peremajaan petani dengan menekankan pada pertanian berkelanjutan.
Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDB ini sebenarnya sudah terjadi lama. Tahun 1999, pertanian menyumbang 21% terhadap PDB. Walau PDB waktu itu hanya 188 miliar USD, berbeda tentu hari ini yang 1T USD lebih. Tetapi bagaimanapun, dari 1999 ke 2021, kontribusi sektor ini paling down dari 21% ke 13%, ini berarti tergerus 8%.
Sisi lain ada berita baik, bahwa salah satu program pemerintah adalah “Food Estate” yang berada di Kalimantan tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Program ini dirancang untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam rangka merespon laporan Food and Agriculture Organization (FAO).
Namun mari kita renungkan hal ini secara mendalam. Sektor pertanian, perkebunan, perikanan, merupakan sektor yang menopang ketahanan pangan. Dalam sosial progress indeks, pangan ini terletak didasar kebutuhan manusia : basic needs. Jika kita sebagai entitas bangsa tidak mampu menopang nasib perut anak negeri, maka ketahanan nasional bangsa ini sedang terancam, kunci masalahnya adalah mencari solusi kenapa anak muda tidak mau turun bertani dan mengarap lahan pertanian.
Realita yang terjadi saat ini anak muda tidak mau turun bertani karena harga hasil pertanian tidak memiliki prospek demi massa depan yang lebih cerah, contoh kata yang selalu kita dengar dari mulut orang tua “jangan menjadi petani seperti bapak nak”, ini adalah bukti bahwa pertanian tidak menjanjikan. Untuk menjawab pertanyaan diatas maka solusinya adalah mensejahterakan petani melalui pertanian berkelanjutan, merupakan kata kunci yang akan saya jabarkan dibawah.
Ada lima langka teknis yang akan saya jabarkan :
Mengevaluasi alur proses bisnis sektor pertanian dari hulu ke hilir
Proses bertani adalah proses panjang yang saling terikat, misalkan menanam padi, pastinya bermula dari benih, lalu pupuknya, lahannya. Ini merupakan siklus dalam pertanian. Setelah panen gabah akan dibawah ke penggilingan menjadi beras kemudian masuk rantai distribusi, hingga ke end user atau tangan konsumen.
- Mengevaluasi alur proses bisnis sektor pertanian dari hulu ke hilir. Proses bertani adalah proses panjang yang saling terikat, misalkan menanam padi, pastinya bermula dari benih, lalu pupuknya, lahannya. Ini merupakan siklus dalam pertanian. Setelah panen gabah akan dibawah ke penggilingan menjadi beras kemudian masuk rantai distribusi, hingga ke end user atau tangan konsumen. Agar petani sejahtera, disinilah kita harus mengevaluasi rantai proses bisnisnya. Mensejahterakan petani melalui pertanian berkelanjutan : penerimaan hasil panen harus lebih besar dari pada biaya bertani dalam 1x masa tanam. Maka kita harus melihat mana saja biaya yang memberatkan petani, kita harus evaluasi harga benih, pupuk dan lainnya. Harga pupuk saja contohnya naik tak wajar sampai 100 persen yang awalnya pada 2020 akhir harganya hanya Rp.280.000 per sak 50kg, tapi sekarang sampai Rp.500.000 pupuk per sak bahkan diluar pulau jawa mencapai Rp.600.000. Jika dihal utama saja petani sudah diperas, bagaimana petani akan sejahtera?. Kita sebagai anak muda harus berani merubah bisnis model ini, petani tak akan bisa sejahtera jika diperas habis-habisan dalam pembelian benih dan pupuk.
- Merancang kembali porsi benefit dalam setiap proses pemasaran. Melanjutkan penjelaskan nomor 1 saya akan menjabarkan secara mendalam tentang proses pemasaran: Jika harga beras per kilogram sampai ditangan kita diharga Rp 15.000.00. Kita akan melihat atau membelah diharga 15.000.00 per kilogram itu petani memperoleh keuntungan berapa. Ini kita akan diilustrasikan secara sistematis. Dari toko ritel beli kepasar induk grosir 14.500 per kilogram. berarti toko riter dapat 500. Dari grosiran beli ke distributor, 13.900 per kilogram, berarti grosir dapat benefit 600. Dari distributor ke perusahaan penggilingan beli 12.000 per kilogram, berarti distributor benefit 1.900. Dari penggilingan ke pengepul gabah beli 9.000, berarti penggilingan dapat 3.000. Dari pengepul gabah ke petani beli 7.000, berarti pengepul dapat 2.000. Ini merupakan proses yang sangat panjang, untuk menghasilkan 7.000 per kg, berapa biaya per kilogram? ini yang harus petani pikirkan bersama dan menjadi masalah yang mengakibatkan anak muda tidak mau turun menggarap lahan pertanian. Kita bisa melihat petani hanya panen 2x dalam setahun bahkan ada yang hanya 1x pertahun karena kondisi iklim dan cuaca. Yang menjadi kaya hanya pemilik modal yang punya stok uang untuk membeli. Solusinya renovasi alur pemasaran ini bisa lebih muda. Kita bisa memotong rantai distribusi yang terlalu panjang, atau bahkan membangun alur distribusi langsung dari petani ke pabrik pengolahan, makin pendek makin besar margin petani.
- Membangun usaha bersama dalam sektor pertanian berkelanjutan untuk pengolahan. Ini adalah strategi sederhana untuk mensejahterakan petani. Konsep bisnis di sektor pertanian ini sederhana, petani sebagai penyedia bahan baku, sedangkan yang mengolah dan mengemas hasil panen menjadi bahan pangan siap konsumsi adalah industri pengolahan. Petani muda harus bisa berkolaborasi dalam membangun bisnis sektor pertanian berkelanjutan artinya petani sebagai penyedia bahan baku harus dapat membuat pengolahan hasil panen yang dimiliki secara bersama-sama agar petani dapat mendesain harga dengan sendiri. Jika unit pengolahan dimiliki bersama-sama oleh petani. Maka forum komunikasi pertanian akan mendesain harga yang wajar. Konsep koperasi merupakan konsep yang cocok dalam industri pengolahan. Kuncinya 2 : bangun industry pengolahan hasil panen yang melahirkan produk bernilai tambah tinggi. Dan yang kedua, bangun konsep kepemilikan bersama pada bisnis pengolahan pertanian berkelanjutan : koperasi atau patungan petani muda. Saya yakin jika harga beli hasil panen tinggi dan biaya pertanian muda, maka petani muda akan pulang untuk menggarap lahan.
- Menghadirkan sentuhan teknologi pada sektor pertanian berkelanjutan. Diatas kita telah bahas tentang pendekatan peningkatan profit. Revenue panen diperbesar dan biaya ditekan. Dalam peningkatan pertanian berkelanjutan maka yang harus kita pikirkan membantu petani untuk hasil panen yang lebih baik, lebih cepat dan lebih berkualitas. Disinilah dibutuhkan sentuhan teknologi dan pastinya peran generasi muda sangat dibutuhkan sebagai generasi terdepan dalam penerapan teknologi pertanian. Contohnya adalah dengan budidaya benih super. 1 pohon menghasilkan banyak buah, 1 batang menghasilkan lebih banyak bulir. 1 hektar menghasilkan lebih banyak panen. Dititik ini lagi-lagi teknologi pertanian harus hadir. Pola panen harus kita fikirkan. Manusia makan tiap hari, dalam hal ini kita tidak bisa memaksa petani rela panen hanya 2x dalam setahun. Jika bisa 4x kenapa tidak? Kalau perlu 6x. 2 bulan masa panen. Disini rekayasa genetik tentu harus bisa menjawab persoalan diatas. Kemudian lebih lanjut tentang pola perlindungan tanaman dari hama, pola tanaman, perawatan, jarak panen. Semua itu terkait erat dengan teknologi. Contoh paling nyata : kita menganalisis bahwa 2 petani hanya bisa mengolah 1 hektar lahan, dengan adanya teknologi mesin pertanian bisa membuat 2 petani mengolah 50 hektar lahan. Ini biaya langsung rendah. Revenue tinggi dan terbagi hanya untuk 2 petani. Pengairan memakai selang infus tepat tanam, penyemprotan mengunakan drone, penggemburan mengunakan mesin, panen memakai mesin dan seterusnya. Maka tidak bisa dihindari, jika ingin menyelamatkan pertanian, anak muda harus mengawinkan pertanian dan teknologi.
- Mendukung pemerintah untuk berani menghadirkan ekosistem positif bagi petani. Ini merupakan penjabaran solusi terakhir yang akan saya jabarkan dengan singkat dan jelas.
Sektor pertanian berkelanjutan ini adalah perikatan berbagai entitas bisnis yang saling terikat dan punya kepentingan. Ketika tulisan saya mengajak untuk memperpendek alur distribusi, pemain tengah pasti geram. Ketika saya bicara tentang sistem pengolahan bersama, pengolahan swasta pasti tidak akan enak membaca tulisan ini.
Saya rasa ini baik, tidak ada swasta nasional yang ingin petani sengsara. Pada bagian ini saya ingin menyadarkan bahwa pada akhirnya kita semua membutuhkan pemerintah untuk hadir menengahi dan membangun regulasi alur bisnis yang adil. Tidak perlu ada argument “berpihak pada petani wong cilik”. Kita jujur saja, korporasi bahagia, distributor bahagia dan petani bahagia sejahtera, itu saja.
Yang saya analisis dan rasakan, disinilah kita harus mendukung pemerintah untuk membangun ekosistem positif dalam alur pertanian, ada 250 juta jiwa anak bangsa, anggap saja 100 juta kepala keluarga yang mengonsumsi bahan pangan per bulan. Misalkan 100 juta KK masing-masing belanja 2 juta per bulan, ini putaran 200T perbulan. Jika dikonversi per tahun, ketemu angka 2.400 T per tahun.
Merekonstruksi pertanian menuju pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan kesejahteraan petani menuju kembalinya anak muda daerah. Menuju swasembada pangan, hal ini adalah urusan uang ribuan triliun. Disini kita sebagai pemuda dan rakyat harus mendukung pemerintah melakukan renovasi besar-besaran pada sektor pertanian.
Kami sudah menjabarkan tentang rejuvenasi petani dalam pertanian berkelanjutan dari proses bahan baku untuk kebutuhan dan sampai pada kesimpulan untuk mendukung pemerintah untuk menuju kembalinya anak muda dalam proses dan terlibat langsung dalam pertanian berkelanjutan. Sosial ekonomi pertanian memandang ini sebagai proses perubahan struktur sosial masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi petani yang lebih sejahtera.
Daftar Pustaka :
BPS Pertumbuhan Ekonomi 2021
Tempo.co : kementrian pertanian : petani muda hanya 2,7juta atau 8 persen
Bisnis.com : Harga Pupuk Melesat, Simak komitmen Produsen Untuk Pupuk Subsidi