Pertanian berorientasi usahatani merupakan pertanian kuno yang masih digunakan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Pertanian jenis ini cenderung bergerak dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok dan bertahan hidup. Kuasa lahan pertanian mutlak usahatani oleh para petani menunjukan angka yang dominan kecil atau sempit. Kondisi itu menyebabkan terhambatnya perkembangan kegiatan pertanian yang berwawasan agribisnis dimana berfokus untuk memperoleh keuntungan. Agribisnis merupakan sistem dimana pertanian ditempatkan tidak hanya pada satu atau dua titik tujuan tapi membangun pertanian dengan segala potensi-potensi yang dapat diperhitungkan atau terencana untuk menggapai sebanyak-banyaknya tujuan yang dapat dicapai sehingga timbul pertanian yang membangkitkan roda perekonomian. Agribisnis ini merupakan bentuk baru pandangan di dalam dunia pertanian, yang mana tidak hanya bergerak pada on-farm activities namun juga off-farm activities (Tedjaningsih, et all., 2018).
Menurut Rumangen (2015), Subsistem budidaya merupakan subsistem yang mengubah input menjadi produk primer. Bentuk yang dibutuhkan pada subsistem budidaya ini seperti agroklimat, teknologi, komoditas unggulan, manajemen pembudidayaan dan ketersediaan tenaga kerja. Peran dari subsistem budidaya ini sangat mudah diabaikan dalam proses pertanian masyarakat kita, padahal dari subsistem ini jika di perhitungkan maka sukses dalam ketepatan dalam berusahatani. Subsistem lainnya seperti subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem pengolahan dan agroindustry, subsistem pemasaran, subsistem prasarana dan sarana dan subsistem pembinaan juga perlu diperhatikan untuk terciptannya pertanian yang berwawasan atau berpandangan agribisnis, dimana keenam subsistem itu menjadi syarat dan ketentuan dalam satu sistem yakni agribisnis menjadi satu batang tubuh sebagai pondasi maupun pencapaian tujuan.
Menurut Arvianti., et al (2019), Permasalahan ketenagakerjaan pertanian kita yaitu perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan sektor pertanian yang mana mengarah pada penuaan petani. Tenaga kerja di sektor pertanian di Indonesia mengalami kesenjangan, aktivitas dalam kegiatan bertani diduga menjadi alasan para generasi bangsa untuk tidak berkarir di sektor ini. Kegiatan petanian yang saat ini dikenal dengan memerlukan kekuatan fisik dan modal usaha yang besar, dengan jaminan laba hasil yang belum pasti, membuat masyarakat berfikir ulang untuk menekuni sektor pertanian dan menaruh minatnya ke bidang industri yang mulai populer pada awal tahun 2000-an. Pertanian sebenarnya saat ini adalah tidak seperti yang di ilustrasikan dalam sudut pandang umum masyarakat. Pembaharuan-Pembaharuan, riset dan teknologi sudah ikut serta dalam mendukung pengembangan sektor ini untuk mengubah performa pertanian itu sendiri.
Tabel Pendapatan Tenaga Kerja Pertanian Dan Non Pertanian 1993-2003 (Rp/th harga konstan 1993)
Periode/Tahun | Pertanian | Non Pertanian | Rasio Pertanian/Non
Pertanian |
1993-1997 | 1.656.886 | 7.054.242 | 0,23 |
1998-1999 | 1.653.568 | 6.356.905 | 0,26 |
2000-2003 | 1.673.812 | 6.955.986 | 0,24 |
2000 | 1.627.685 | 6.708.731 | 0,24 |
2001 | 1.682.225 | 6.753.018 | 0,25 |
2002 | 1.690.718 | 7.021.665 | 0,24 |
2003 | 1.694.619 | 7.340.531 | 0,23 |
Sumber: Shohibuddin dan Salim 2012.
Berdasarkan dari tabel diatas, merupakan paparan dari perbandingan selisih pendapatan para tenaga kerja Pertanian dan Non Pertanian yang dapat di dilihat dengan jelas bahwa, pendapatan dari masing-masing sektor sangat terlampau jauh. Periode dari tahun ke tahun memang menunjukkan peningkatan nominal, namun tidak lebih besar dari sektor Non Pertanian, dan dari sektor tersebut juga mengalami peningkatan yang menyenbabkan tidak terjadinya kesetimbanagan antar vektor. Kesenjangan ini juga merupakan awal mula dari turun dan tergerusnya produktivitas Pertanian.
Pengadaan Depakperbatek (Lembaga Atau Departemen Penyediaan Tenaga Kerja Pertanian Berbasis Teknologi) Bersubsidi
DEPAKPERBATEK (Departemen Atau Lembaga Penyediaan Tenaga Kerja Pertanian Berbasis Teknologi) Bersubsidi merupakan salah satu terobosan yang dilatar belakangi oleh rendahnya ketenagakerjaan di bidang Pertanian¸ yang mengakibatkan menurunnya nilai produktivitas hasil produksi Pertanian dalam ketahanan perekonomian Negara. Kontribusi Pertanian yang tidak konstan terhadap PDB nasional akan berdampak buruk bagi sistem ketahanan pangan bangsa dan dalam proses penyerepan tenaga kerja yang stabil. Rekontruksi perlu dilakukan untuk hal seperti ini, bagaimana juga, ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat merupakan sebagian dari terciptanya negara yang maju, ketika suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangannya harus berpangku tangan dengan yang lain, mungkin terdapat pertimbangan dengan beberapa program yang memang di fokuskan untuk satu sektor atau sektor yang menonjol ataupun keterbatasan insan dan lahan. bagaimana dengan sumber daya alam dan manusia yang melimpah dengan potensi dari macam-macam sektor dapat diusahakan pada daerah tersebut? Maka pandangan pemenuhan kebutuhan pangan yang berpangku tangan dengan yang lain itu akan sangat berbeda.
Sistem dari DEPAKPERBATEK ini seperti pembuatan Lembaga atau departemen yang bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dalam proses usahatani dengan menggunakan teknologi (mesin robot). Lembaga atau departemen ini dibuat dengan subsidi dari Pemerintah, mulai dari kebutuhan input hingga outputnya. DEPAKPERBATEK dialokasikan ke berbagai cabang daerah Provinsi, Kabupaten hingga ke tingkat Kecamatan di Indonesia. Mekanisme kerja dari DEPAKPERBATEK ini yakni dengan penerapan sistem kontrak oleh stakeholders atau kelompok tani, karena terobosan ini merupakan salah bentuk dukungan untuk usahatani masyarakat berkelanjutan. Stakeholders Swata atau perusahaan, instansi, pabrik dan lain sebagianya tidak mempunyai izin dalam pengoperasian alat-alat atau tenaga kerja dari Lembaga atau departeman ini.
Prosedur dari Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK ini adalah melakukan suatu kontrak dengan kelompok tani, kontrak tersebut meliputi durasi penggunaan jasa, pendataan anggota kelompok tani dan komoditas yang berkaitan, kemudian tarif. Biaya yang ditawarkan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK ini bersifat fleksibel karena merupakan subsidi dari Pemerintah, Pembayaran dapat dilakukan dengan penggalangan Kas Kelompok Tani, yang mana akan sangat memudahkan Petani dalam urusan biaya. Keterangan Jasa yang di operasikan meliputi alat-alat mesin pertanian, kemudian ahli yang mahir dalam bidang teknologi pertanian, dan beberapa pengurus dan staff umum, manajemen statistik, juga teknologi informasi. jadi terdapat karyawan dalam suatu Lembaga atau departemen tersebut.
Keuntungan dan kelebihan dari pengadaan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK adalah yang utama adalah mendukung kesejahteraan sektor Pertanian berkelanjutan khususnya di lapisan usahatani Masyarakat, dimana banyak keterbatasan kebutuhan dalam pelaksanaannya. Mengatasi masalah ketenagakerjaan pertanian yang mulai surut peminat. Lembaga atau departemen ini secara tidak sengaja membuat persarikatan antar petani sehingga dapat lebih mudah mendapat dan merasakan informasi-informasi pertanian secara terkini karena terbentuknya forum tersebut, hal ini juga melibatkan pendataan dimana akan berguna bagi badan pusat statistik untuk melakukan pemerataan sehingga banyak lapisan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari program-program pemerintah lainnya. Hadirnya Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK juga sebagai bentuk solusi dari sulitnya peneguhan dan penangkapan pemahaman atau penyuluhan bagi para petani kepada Pertanian berbasis teknologi. Bonus lainnya dalam pemberdayaan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK yaitu terjadinya keseragaman komoditas dalam satu pemukiman sawah, yang mana hal tersebut sangat menguntungkan bagi petani, karena ancaman dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) akan semakin berkurang, jika dibutuhkan pengendalian, maka akan dilaksanakan pengendalian secara alam dan terpadu, sehingga hasil produksi Pertanian bebas dari senyawa zat kimia. Kemudian dalam Lembaga atau departemen ini juga mengatasi tingkat pegangguran pada lulusan jenjang S1 Pertanian, Teknik Pertanian dan sejenisnya yang mungkin belum mempunyai pertimbangan kerja atau mungkin lebih relevan dengan jurusannya saat mengenyam bangku kuliah, sekaligus berkontribusi dalam perkembangan Pertanian Indonesia, karena banyak dari lulusan jenjang S1 Pertanian, Teknik Pertanian dan sejenisnya di Negara kita bekerja pada bidang yang bertolak belakang dengan ilmu yang mereka tekuni. Hal ini cukup di sayangkan, karena kemajuan Pertanian saat ini tidak lepas dengan teknologi, dimana kaum atau generasi muda yang mengenyam Pendidikan tersebut yang mempunyai potensi cukup besar dan mampu melakukan pengembangan serta riset dalam upaya kemajuan Pertanian Indonesia. Kelemahan atau kekurangan dari pengadaan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK ini adalah bagi petani yang tidak tergabung dalam ikatan kelompok tani, maka tidak dapat menggunakan jasa ini, karena akan sangat meyulitkan dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Alokasi pengadaan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK membutuhkan dana yang cukup besar mengingat banyak sekali penduduk Warga Negara Indonesia dan mahalnya alat teknologi Pertanian.
Kesimpulannya, semua ini membutuhkan Kerjasama antar pihak dari Pemerintah, masyarakat dan tokoh-tokoh yang ahli dibidangnya. Pertanian Indonesia dengan segala kelimpahan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya harus mampu diolah dan terolah dengan baik, yang tidak lain berimplikasi dengan kemakmuran suatu negara dan kesejahteraan rakyatnya. Pangan merupakan hal penting dari segalanya. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa makan. Dikutip dari laman Kompas.com (18/10/2018) salah satu Ahli Gizi dari Universitas Gadjah Mada , Perdana Samekto MSc RD mengatakan bahwa manusia mampu bertahan hidup tanpa makan hingga 3 minggu namun tanpa minum sekitar 4-7 hari tergantung kondisi, situasi dan temperaturnya.
Realisasi Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK sangat penting untuk dipertimbangkan eksistensinya. Waktu akan tetap berjalan, Masa akan tetap berganti, teknologi akan semakin berkembang, riset dan penelitian akan terus dilakukan, itu semua demi mengatasi permasalah-permasalah kehidupan kita sehari-hari dalam berekonomi bisnis, mengenyam pendidikan, berpolitik, jaminan Kesehatan dan lain sebagainya. Dunia akan menjadikan suatu hal yang memberatkan menjadi suatu hal yang mudah dilakukan. Kesenjangan tenaga kerja Pertanian bukan siuatu halangan untuk kemajuan Pertanian Indonesia. Langkah yang perlu diambil merupakan solusi. Pilihan untuk mengambilnya atau tidak adalah suatu hal perlu difikirkan. Kekurangan dan kerugian dari pengadaan Lembaga atau departemen DEPAKPERBATEK dapat membuat strategi seperti membuat Local Brand Of Agricultural Technology dari bahan ramah lingkungan karya anak bangsa, dimana kerjasama antar bidang ilmu Pendidikan akan terjadi disini saling mendukung, sekaligus memngolah sumber daya manusia anak bangsa lebih aktif, kreatif dan kompetitif.
Oleh:
Silma Novita Mara (Universitas Jember)
Daftar Pustaka:
Arvianti, Eri Yusnita., Masyhuri., Lestari Rahayu Waluyati ., Dwijono Hadi Darwanto. 2019. Gambaran Krisis Petani Muda Di Indonesia. Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. 8(2): 168-180.
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2018/10/18/1453223 23/berapa-lama-manusia-bisa-bertahan-tanpa-makan-dan-minum
Rumangen, Marlen Meilani. 2015. Kajian Kinerja Agribisnis Strawberry Organik Study Kasus Kelompok Tani Kina Kelurahan Rurukan Dan Kelompok Tani Agape Kelurahan Rurukan Satu. Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sam Ratulangi. 2-19.
Shohibuddin, Mohamad dan M. Nazir Salim. 2012.Pembentuk Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan. STPN Press dan Sajogyo Institute: Yogyakarta.
Tedjaningsih, Tenten., Suyudi., Hendar Nuryaman. 2018. Peran Kelembagaan Dalam Pengembangan Agribisnis Mendong. Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 4(2): 210-226.