Negara kepulauan dengan wilayah yang luas, Indonesia merupakan negara yang dianugerahi oleh kekayaan alam yang tidak pernah ada habisnya. Sejak dahulu, sebagai negara agraris, Indonesia selalu kaya akan hasil pertanian. Hal tersebut berdampak positif bagi perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2019 sektor pertanian tercatat telah menyumbang 12,72 persen bagi PDB atas dasar harga berlaku (Badan Pusat Statistik, 2020).
Dalam ekonomi, krisis adalah istilah lama dalam teori siklus bisnis merujuk pada perubahan tajam menuju resesi,Tiga dekade terakhir, Indonesia telah dua kali mengalami krisis keuangan, yaitu krisis keuangan Asia Timur pada 1997/1998 yang dipicu oleh spekulan mata uang baht Thailand dan krisis keuangan global pada 2008 yang dipicu runtuhnya pasar properti di Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2020, Indonesia kembali mendapatkan ancaman akan krisis ekonomi yang disebabkan wabah Covid-19 virus asal China yang mengguncang aktifitas dan perekonomian dunia.
Dalam media online, Kumparan: Bappenas, BI, OJK dan LPS memproyeksikan bahwa pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun secara drastis menjadi 2.3 persen ditahun 2020 dari 5.02 persen ditahun 2019 dan akan ada kenaikan tingkat pengangguran secara signifikan menjadi 7.8 persen pada tahun 2020 dari 5.2 persen pada tahun 2019. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan perekonomian suatu negara dan tentunya bukan tanpa alasan, sebab Covid-19 telah menghantam beberapa sektor utama bagi perekonomian Indonesia yaitu pariwisata, perdagangan dan sebagainya.
Pertanian : Potential Winner Sector
Yuswohady, dkk pada bukunya yang berjudul “Consumer Behavior Shiftings Welcome the New Normal”, adanya virus corona telah banyak merubah prilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya Bottom of The Pyramid yaitu mengacu pada piramida Maslow, manusia kini bergeser kebutuhannya dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi diri dan esteem ke “dasar piramida” yaitu makan, kesehatan dan keamanan jiwa-raga. Artinya, manusia lebih mengutamakan konsumsi akan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendasar, dalam hal ini makanan: pangan.
Produk dari sektor pertanian beserta hasil turunannya pada dasarnya merupakan kebutuhan mendasar manusia. Pada bencana pandemic Covid-19, seluruh negara beserta masyarakat didalamnya berupaya untuk mendapatkan hasil daripada sektor pertanian baik untuk konsumsi ataupun cadangan konsumsi. Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai potential winner sector. Beruntung, Indonesia merupakan negara agraris yang berhamparkan lahan pertanian serta sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga, dapat dikatakan Indonesia telah memiliki modal dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi yang disebabkan oleh bencana Covid-19 dan bukan tidak mungkin Indonesia dapat keluar menjadi pemenang apabila dapat mengoptimalkan sektor pertanian secara tepat dan efisien.
Trend Positif Ekspor Produk Pertanian
Terlebih, ekspor produk pertanian tengah menunjukkan trend positif. Di tengah bencana pandemi Covid-19 yang menjangkiti sebagian besar negara di dunia, nilai ekspor pertanian terus mengalami kenaikan. Kementan mencatat pengiriman produk hortikultura berupa kentang ke pasar ekspor di Singapura dan Malaysia. Pada Januari-April 2020 sudah ada 11 kali ekspor kentang dari Belawan ke Malaysia dan 1 kali ke Singapura dengan total mencapai 80.5 ton, melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019. Sementara pada komoditi manggis, terdapat peningkatan permohonan fasilitasi ekspor ke China sebanyak 111% pada periode kuartal pertama tahun 2020. Ekspor buah eksotik ke China sebanyak 34,71 ribu ton dengan total pengiriman 2.980 kali. Trend ekspor manggis menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada komoditas perkebunan, tepatnya kelompok petani dari Desa Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan berhasil mengekspor lada putih premium ke Tiongkok sebanyak 10 kontainer lada putih senilai 13 milyar rupiah diberangkatkan dari Pelabuhan Makassar menuju Shanghai, Tiongkok.
Eskpor dan Kesempatan Kerja
Kegiatan ekspor memiliki prospek dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, pada gilirannya akan memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja. Secara sederhana, dengan meningkatnya trend ekspor akan memberikan manfaat dalam hal peluang bisnis serta lapangan pekerjaan. Friyaningsih (2003) sektor agroindustri sebaiknya dijadikan prioritas pembangunan utama dalam perekonomian Indonesia karena selain negara agraris, sektor yang menyerap banyak tenaga kerja serta penyedia input (bahan baku) utama bagi sektor agroindustri sehingga apabila bahan baku dapat disediakan didalam negeri maka impor bahan baku untuk kebutuhan sektor agroindustri dapat dikurangi atau dihapuskan. Pengalaman krisis multidimensi tahun 1997-1998 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian nasional sementara sektor- sektor lainnya mengalami keterpurukan sebagai akibat krisis ekonomi tersebut, terutama industri yang banyak komponen impornya (foot loose industries).
Covid-19 : Tragedi dan Hikmah
Covid-19 di Indonesia telah menimbulkan banyak kerugian, bahkan Tauhid Ahmad selaku Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INdef) dalam liputan6.com menyatakan bahwa kerugian ekonomi global akibat pandemi virus corona tak ternilai. Bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan dampak perang dagang Amerika Serikat dengan China. Namun, dibalik musibah Covid-19 terdapat hikmah dan pembelajaran: banyak orang semakin rajin beribadah mengingat Tuhan, intropeksi diri, hingga bumi yang akhirnya memiliki waktu untuk istirahat dari berbagai paparan polusi udara. Tidak terkecuali bagi sektor pertanian, corona virus telah memberikan pembelajaran bahwa Indonesia yang telah dianugerahi kekayaan alam yang tak terhingga, sebagai sektor penyumbang perekenomian nasional terbesar sudah seharusnya diberikan perhatian khusus serta dikelola secara optimal. Pembangunan sektor produktif secara fokus dan berkelanjutan dalam hal ini sektor pertanian kedepan sangat dinantikan, diantaranya seperti memperbaiki sistem agribisnis, membenahi pola pemberdayaan pertanian, riset dan teknologi pertanian yang sepadan, serta program-program pemerintah yang berpihak kepada lingkungan, pertanian dan petani.
Oleh:
Muammar Adi Prasetya
Ketua Dewan Pengurus Wilayah-I POPMASEPI, 2016-2018. Agribisnis, Universitas Sriwijaya.
Ekonomi Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Referensi:
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Distribusi PDB Triwulanan Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen).
Friyaningsih. 2003. Analisis Struktur Perekonomian Sebelum Krisis Ekonomi dan Masa Krisis Ekonomi (Analisis Input-Output). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Kementan RI. 2020. Ekspor Manggis Indonesia ke China Naik Dua Kali Lipat Di Masa Pandemi. (Online) https://www.instagram.com/p/CAfhSSCHEn5/?utm_source=ig diakses pada 27 Mei 2020.
. 2020. Permintaan Ekspor Kentang Asal Sumut Meroket di Tengah Pandemi Covid-19 (Online) https://www.instagram.com/p/B_e4jM0JTEz/?utm_source=ig diakses pada 27 Mei 2020.
. 2020. Tak Terpengaruh Pandemi Covid-19 Petani Luwu Timur Ekspor Lada Ke Tiongkok. (Online) https://www.instagram.com/p/B-ZyiLJsJS/?utm_source=ig diakses pada 27 Mei 2020.
Kumparan. 2020. Proyeksi (Bappenas, BI, OJK dan LPS) Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Online) https://www.instagram.com/p/CArLXL2FClb/?utm_ source=ig diakses pada 27 Mei 2020.