Meniti Nasib di Negeri Agraris, Kata Petani: Jadikan Aku yang Pertama

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Indonesia Merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai  sepanjang 81.000 KM  serta memiliki  17.000 pulau  (  Mulyadi,2005 )  dan untuk 13 % dari wilayah indonesia digunakan untuk pertanian, yang dimana sekitar 5 % diantaranya berada di pulau jawa ( Harmanto Siregar,2019 ). Indonesia juga dianugrahi dengan wilayah yang sangat strategis dengan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima di sepanjang tahun, suhu di indonesia juga sangat optimal dan sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.

Dalam artikel Lingga W isnu di ‘ Mesin pertanian.id (2019) lalu, beliau menjelaskan  bahwasanya dalam  catatan  sejarah,  Indoneisa terhitung pada masa kolonial hingga dewasa ini tidak dapat dipisahkan dengan sektor pertanian. Bagaimana, tidak, sektor pertanian sangatlah penting dalam penyusunan beragam sosial masyarakat dan realitasekonomi di berbagai wilayah Indonesia. Dan tercatat, penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 3.968 juta jiwa menyesuaikan data BPS 2017 silam.

Ada sebuah pertanyaan ” Mana yang lebih dibutuhkan di Indonesia saat ini dan 40 tahun ke depan? Bidang pertanian ataukah bidang TI?”. Tapi logikanya kita bisa buat pemikiran kalau kebutuhan hidup manusia ada 3 hal terpenting yaitu sandang,  pangan,  papan.  Jadi,  kalaupun  Krisis  teknologi  terjadi,  belum  tentu membuat  Indonesia  tumbang, Namun akan membuat perkembangan negara menjadi lambat, tetapi berbeda jika terjadi krisis pangan tentu sangat berpengaruh besar; menyebabkan kelaparan, Harga barang- barang kebutuhan meningkat, daya beli melemah, dan produktivitas masyarakat menurun. Jadi, dapat kita simpulkan kalau betapa pentingnya pertanian ini.

Di sisi lain, Andreas Santosa (2019) menuturkan bahwa nasib petani belum menjadi prioritas di Negeri agraris ini, kebijakan pemerintah belum berpihak terhadap petani yang pada nyatanya sebagai pahlawan pangan bangsa. Misal seperti  beras, jagung, gandum, kedelai, dan daging. Kelima komoditas ini  belum diperhatikan penuh sebagai cita- cita Swasembada dan meskipun dilirik hanya sebatas kuantitasnya saja. Regenerasi kepemerintahan pun justru masih relatif sama; belum ada  gebrakan  penuh  yang  berhasil  untuk  memperjuangkan  nasib petani. Padahal, dengan anugrah potensi sumber daya yang  sangat besar seharusnya indonesia sudah benar- benar menjadi negara yang maju dalam sektor pertaniannya. Tetapi pada faktanya kondisi pertanian masih belum seperti harapan.

II. ISI DAN PEMBAHASAN

A. Gagasan Penulis

Pemerintah hingga saat ini masih belum banyak memberikan dukungan bagi ekonomi dan peningkatan kesejahteraan petani. Padahal, perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan petani untuk menggebrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada umumnya, lebih kurang 70% penduduk yang bekerja sebagai petani berasal dari kalangan bawah yang tinggal di daerah pedesaan. Sehingga kawasan inilah yang harus menjadi titik sentral pembangunan nasional terutama dalam masuknya berbagai investasi.

Gagasan  atau  analisis yang penulis tawarkan  adalah  Kerjasama yang baik   antara pemerintah dan petani dengan kata lain menjadikan kesejahteraan petani sebagai prioritas di negara agraris ini.Ada  berbagai  indikator  permasalahan  yang  patut  kita  pecahkan,  yang  di  mana adalah sebagai berikut ini :

1.Modal

Permasalahan pertama yang tidak asing lagi yaitu modal. Bagaimana bisa memulai sesuatu tanpa adanya dukungan modal yang kuat. Keberadaan modal ini sangat berpengaruh besar terhadap faktor produksi. Berdasarkan  penelitian sederhana penulis;  penulis melakukan sesi  wawancara terhadap beberapa petani yang berasal dari Sumatera Utara, sebut saja Pak manik; bapak 2 anak ini hampir setiap tahun membudidayakan tanaman jagung. Dengan luas lahan dan hasil produksi yang ruah seharusnya sangat membantu peningkatan perekonomiannya, tetapi  hal  ini  seolah- olah  bayang- bayang  sahaja.  Bagaimana,  tidak,  menurut pengakuan Pak manik seluruh biaya produksi dia minta dari beberapa tengkulak- tengkulak. Seperti pupuk, bibit, obat- obatan tanaman, bahkan pinjaman dana untuk membayar tenaga kerja, dan keperluan lainnya. Padahal harga- harga yang ditawarkan sangatlah mahal. Kata beliau “kalau beli di Toko, enggak ada duit sendiri, jadi pinjam ke tengkulak saja. Kalau nanti sudah panen kitaserahkan ke beliau dan potong sendiri. Masalah keuntungan jarang kita dapat lebih.”

Miris. Dari sini,  kita ketahui bahwa pinjaman- pinjaman dana ke instansi- instansi yang tidak resmi atau pihak- pihak seperti ini sangatlah merugikan petani dan hanya menguntungkan berbagai pihak saja dan yang jelasbukan petani.

2. Sarana dan Prasarana

Keberadaan sarana dan prasarana ini dipengaruhi oleh modal. Ketidakberadaan modal di atas jelas mengancam ketersediaan alsintan. Ada beberapa kemungkinan yang sangat berpengaruh bagi kebangkitan  sistem pertanian seperti misalnya munculnya wadah- wadah penyedia sarana pendukung pertanian yang didirikan pemerintah sangatlah menolong para petani.

3. Skill atau Keterampilan

Mayoritas penduduk yang memilih bekerja sebagai petani berasal dari kalangan  bawah  yang  tinggal  di  kawasan  pedesaan,  ibarat  kata sebuah pekerjaan Tidak banyak dari mereka yang mendapatkan pendidikan dan bahkan ada yang sama sekali tidak pernah duduk di bangku sekolah. Kurangnya skill para petani kebanyakan Sehingga dalam proses budidaya pertanian seringkali gagal. Namun, dari sisi lain, Banyak para pemuda yang lulus dari sekolah- sekolah pertanian tetapi sedikit sekali yang ingin menjadi petani.

Saya pernah mengutip pengakuan dari Seorang mahasiswa Jurusan Agribisnis; sebut  dia  Ariya Wibowo, begini katanya: ” Saya mahasiswa jurusan pertanian yang masih sampai saat ini tidak akan pernah jauh dari kata pertanian. Awalnya semangat banget belajar pertanian karena terlihat beda aja sama teman-teman SMA dulu yang tidak ada masuk ke dalam jurusan pertanian. Namun seiring berjalannya waktu, sungguh sangat melelahkan untuk menjadi petani. Saya pernah praktik mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Dasar-Dasar Agronomi, praktiknya cukup sederhana, yaitu saya harus mengolah sepetak tanak 5×5 Meter untuk dijadikan lahan kacang tanah dengan membentuk Tim sebesar 7 orang. Awal praktik saya disuruh membajak tanah, menyebarkan benih dan menyiram. Saat tumbuh disuruh menyabut gulma yang ada, dan hingga akhir semester disuruh panen, Praktik dimulai pukul 8.00 AM sampai 11.30 AM. Matahari sangat terik sekali, harus berani tanpa alas kaki jika sepatu anda tidak ingin kotor. Ditambah dedaunan dan Semak yang membuat gatal, ulet yang ada dimana-mana, sampai berbagai jenis mahluk hidup saya temui. Setelah itu ada kelas yang mengharuskan saya mandi lagi. dan hasil dari itu semua tidak seberapa karena hasil panen perlu diolah lagi untuk bisa dinikmati.Terlebih dari itu semua saya hanya mendapat nilai B,C. Sedih pusing setres. Itulah yang menyebabkan mahasiswa pertanian kadang sudah patah semangat. Keringat tidak digantikan oleh yang serupa, lebih baik dalam kantor saja, Ber-AC”

Benar. Argument seperti itulah yang benar terjadi dan dipikirkan para pemuda, kalau di dunia perkuliahan saja seperti itu, bagaimana jika nantinya itulah yang akan menjadi aktivitas tutup? . Namun,  siapakah yang akan menghidupkan pertanian jika petani sekarang sudah tua? Biarlah waktu yang akan menjawab.

B. Langkah- langkah Strategis dalam Mengimplementasikan Gagasan

Berikut ini langkah- langkah sederhana yang penulistawarkan untuk menyikapi hal tersebut.

  • Dalam pertanian, point paling penting itu skill/ pengetahuan. modal sebenarnya point selanjutnya. Dengan mengadakan komunitas- komunitas petani untuk bergerak bersama ada kemungkinan terjadi gebrakan dalam sistem pertanian.
  • Masuknya investasi ke daerah pertanian, dan mendukung permodalan petani
  • Adanya wadah yang membantu kebutuhan pertanian tanpa bandrol harga yang mencekik petani
  • Adanya berbagai pelatihan, seminar, sosialisasi ke daerah- daerah pertanian, misal pelatihan bertani dari konvensional ke modern yang dilakukan setulus hati bukan hanya karena tuntutan seragam saja.
  • Mengembangkan dunia teknologi kedaerah pedesaan khusus pertanian
  • Mempermudah Akses pasar
  • Dorongan kuat untuk perubahan mindset pemuda lulusan Pertanian

III. PENUTUP

Implementasi gagasan ini sangat sederhana dan tampak biasa. Akan tetapi, sejauh ini jarang sekali ada hal- hal yang mengaku membantu para petani tersealisasi dengan sebaik- baiknya. Hal ini juga bisa lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Apalagi dengan adanya pelatihan, dan komunitas yang membantu pergerakan petani. Skillsangat dibutuhkan dalam segala bidang bahkan bertani sekalipun.

Maka, perhatian dan kontribusi pemerintah merupakan kunci strategis dan efektif terhadap upaya pengoptimalan kesejahteraan petani, mendorong petani untuk memaksimalkan sistem dan mempermudah bisnis pertanian guna meningkatkan penghasilan di daerah pertanian. Hal ini juga sangatlah penting untuk  membentuk  karakter petani yang lebih cerdas, madani, tanggap, serta terampil menuju Indonesia yang mampu berdaya saing global.

Oleh : Dian Fitriyani Padang (Universitas Simalungin)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.mongabay.co.id/2019/01/26/nasib- petani- belum- menjadi- prioritas- di- negara- agraris/amp/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Indonesia

https://id.m.wikipedia.org/wiki/pertanian https://id.m.wikipedia.org/wiki/mahasiswapertanian

Leave a Reply