Kawal Perekonomian Melalui Perilaku Kita Sendiri di Tengah Wabah Covid-19

Dunia saat ini sedang berasama-sama berusaha untuk keluar dari tekanan dan masalah yang ditimbulkan dari adanya wabah global pandemic Covid-19 terkhusus lagi Indonesia. Terhitung hingga 24 Maret 2020 di Indonesia telah didapati 686 warga Negara positif terjangki tvirus ini dengan angka kematian sebanyak 55 korban yang menandakan saat ini wabah Covid-19 sedang merajalela dan menjadi permasalahan nasional. Sebagai pokok permasalahan nasional, seiring berjalannya waktu mulai bermunculan efek-efek negatif yang ditimbulkan akibat mewabahnya Covid-19 di berbagai bidang, mulai dari bidang pendidikan yang terhambat bahkan terhenti total, sarana dan prasarana transportasi umum terganggu hingga menyangkut ke bidang perekonomian dan pertanian.

Efek negatif yang ditimbulkan di bidang perekonomian berada pada penyimpangan perilaku ekonomi manusia di pasar, hal ini terjadi dalam bentuk timbulnya hasrat pada masyarakat untuk berbelanja besar-besaran guna menyimpan cadangan bahan-bahan pokok untuk keluarganya dalam jangka waktu yang panjang (Panic Buying). Hal ini diketahui timbul akibat respon masyarakat dalam menyikapi adanya bentuk pembatasan mobilitas massal di ruang publik selama jangka waktu tertentu guna memutus rantai penyebaran Covid-19 dan telah terjadi di berbagai negara yang menerapkan protocol Lockdown sebagai respon Negara tersebut dalam menyikapi wabah Covid-19. Perilaku ini jika terus menerus terjadi tentunya akan mampu mengganggu perekonomian suatu wilayah mulai dari rusaknya siklus hidup suatu produk di pasar hingga harga yang melambung tinggi di pasar. Teori Ekonomi telah memberikan gambaran apabila permintaan akan suatu barang itu tinggi maka harga akan meningkat, lonjakan harga yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat turun karena tidak semua orang mampu membayar pada tingkatan harga tertentu dan untuk dampak paling buruknya adalah dapat memicu laju inflasi pada suatu daerah. Faktor seperti ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai oknum yang memiliki kesempatan di pasar agar dapat meraup keuntungan lebih di tengah-tengah situasi genting saat ini.

Sama halnya di bidang pertanian, Panic Buying juga dapat menimbulkan sebuah permasalahan yang sama. Pada situasi saat ini, masyarakat akan cenderung memilih tempat belanja yang dikategorikan besar dan bersih dengan alasan kualitas dan higienitas produk yang lebih terjamin serta memperhatikan ketersediaan produk dimana pada kondisi ini konsumen juga akan cenderung membeli dalam jumlah besar dengan motif menyimpan untuk hari esok. Hal ini tentu akan memukul kalangan warung-warung kecil yang menjajakan jenis-jenis sayuran harian rumah tangga dan menyebabkan kehilangan konsumennya yang berimbas dengan hilangnya pendapatan sehari-hari serta mulai membatasi pasokan-pasokan dari petani rakyat.

Masalah lain muncul ketika Panic Buying tengah menjadi pembahasan hangat, semakin terbukanya akses internet dan semakin lancarnya penyebaran informasi, dimanfaatkan secara negatif oleh oknum-oknum tertentu melaui berita tidak benar yang memancing opini publik yang mengumumkan akan adanya pembatasan akses hingga penutupan secara total pasar tempat menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari yang mengarah ke suatu ajakan untuk melakukan Panic Buying. Hal ini coba dimanfaatkan beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dikarenakan perilaku Panic Buying itu sendiri disebabkan oleh keadaan psikis manusia itu sendiri dimana menurut Steven Taylor, Profesor sekaligus Psikolog Klinis di University of British Columbia, menungkapkan bahwa Panic Buying didorong oleh kecemasan dan keinginan yang timbul akibat situasi tertentu (dilansir .BBC).

Rumah tangga sebagai salah satu unit pelaku ekonomi harapannya dapat membantu menjaga stabilitas nasional di berbagai bidang khususnya ekonomi dan pertanian melalui control diri untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang banyak seperti contohnya perilaku Panic Buying. Kontrol diri dapat diawali dari diri sendiridan orang-orang terdekat di lingkungan keluarga dengan mulai memilah informasi-informasi yang valid di tengah aksesnya yang sangat cepat dan tidak terbatas di masyarakat. Pembatasan mobilitas dan akses missal bukan berate harus menyimpan segala macam kebutuhan pokok di dapur dalam jangka waktu yang lama melainkan guna memutus rantai penyebaran Covid-19 melalui pembatasan kontak dengan orang lain. Selain itu, sangat penting dalam beberapa waktu ke depan untuk mengurangi kegiatan-kegiatan di luar rumah yang tidak terlalu penting, hindari keramaian serta tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan tempat tinggal dan bahu membahu sebagai warga negara yang baik untuk keluar dari situasi saat ini.

 

#DiRumahAja

#SocialDistancing

#StopPanicBuying

#TogetherWeStandForTheCountry

 

Oleh: Farandika Akbar

Bidang Kajian Strategis dan Advokasi

Dewan Pengurus Wilayah (DPW) 1 POPMASEPI

Leave a Reply