Seperjalanan minggu pertama bulan suci ramadhan di Indonesia, kita masih dibalut dengan suasana yang sama dalam beberapa minggu terakhir ini. Di berbagai penjuru negeri tengah terpapar pandemi global yang mengharuskan pemerintah bersikap melalui penerapan protokol Pembatasan Sosial Berskala Bersar (PSBB), dengan tujuan pembatasan mobilisasi penduduk serta implementasi Physical Distancing guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di negeri ini. Seperti yang disampaikan pada awal kalimat pembuka, memasuki awal bulan ramadhan ada suasana yang relatif berbeda dibandingkan dengan bulan suci ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. Terdapat sebuah anomali yang terjadi terhadap beberapa harga produk-produk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. dimana biasanya pada bulan suci ramadhan terjadi lonjakan harga di pasar akan kebutuhan pangan, sepertinya belum berdampak hingga hari ini dan justru terjadi penurunan harga untuk beberapa produk tertentu di berbagai daerah pulau sumatera. Penyimpangan ini disinyalir akibat dampak yang ditimbulkan dalam kondisi terkini terkait Covid-19 yang sedang melanda negeri.
Menurut pemaparan saudara Sultan selaku mahasiswa UNILA, di Lampung terjadi penurunan harga secara drastis untuk produk pertanian di pasar seperti Sayuran ikat, Cabai merah turun hingga Rp.18.000/Kg dari harga yang biasanya mencapai Rp.30.000/Kg, kemudian diperparah lagi dengan harga ayam potong yang jatuh hingga seharga Rp.15.000/Kg. Untuk kasus di harga petani selaku produsen, menurut saudari Sachicco di salah satu daerah Curup Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu juga terjadi penurunan harga untuk beberapa produk khususnya Sayur-sayuran dan Cabai. Terjadinya penurunan ini dinilai akibat dampak dari kurangnya jumlah permintaan tetap akibat dampak pemberlakuan PSBB dimana konsumen tidak berbelanja secara rutin harian yang menyebabkan adanya penawaran justru diiringi dengan penurunan jumlah penawaran di pasar.
Senada dengan provinsi diatas, di Sumatera Selatan khususnya Palembang dan Lubuklinggau, harga daging ayam potong cenderung mengalami penurunan harga yang biasanya terjadi lonjakan pada bulan ramadhan. Namun berbeda kasusnya dengan daging ayam potong, produk pertanian lainnya seperti Sayuran dan Bumbu dapur mengalami harga yang stabil dan cenderung terjadi lonjakan harga untuk beberapa produk seperti Tomat dan Bawang. Kondisi ini juga terjadi di Riau khususnya daerah Duri kecamatan Mandau, dipaparkan oleh saudara Agus Fahrezi selaku Kepala Bidang Pengembangan Masyarakat DPW 1 POPMASEPI bahwa daerahnya juga mengalami hal serupa “Di pasar daerah tempat tinggal saya, harga Sayur mayur naik termasuk harga bumbu dapur khususnya harga bawang merah yang naik dua kali lipat dan penurunan harga daging ayam potong juga terjadi disini” Ujar Agus.
Penurunan harga daging ayam sepertinya menjadi perhatian akhir-akhir ini, mengingat hampir di seluruh wilayah pulau sumatera terjadi hal serupa. Bahkan menurut saudara Febri Angga di Provinsi Aceh, tepatnya di Babo Kabupaten Aceh Tamiang, harga daging ayam potong jatuh dari biasanya Rp.40.000/Kg menjadi Rp.25.000/Kg. Sekretaris Bidang Kajian Strategis dan Advokasi DPW 1 POPMASEPI, Saudari Fathia Ukhti memberikan penjelasan bahwa salah satu faktor penyebab turunnya harga daging ayam khususnya di Kota Medan provinsi Sumatera Utara adalah banyaknya konsumen yang notabenenya sebagai pedagang makanan olahan dari daging ayam, terpaksa menutup sementara usahanya akibat kerugian dari berkurangnya pembeli. Itu untuk daging ayam, sedangkan produk pertanian mengalami sejumlah perbedaan di berbagai daerah provinsi Sumatera Utara. Di Kota Medan, Menurut Saudara Ilham Fahri Setiyadi, Harga Sayur Mayur mengalami kenaikan seperti Bayam, Kol, Wortel dan Kentang namun terjadi penurunan harga untuk Tomat dan Bawang Putih. Kemudian di Simalungun, menurut kesaksian Saudara Ridoni Sinaga selaku Kepala Bidang Data dan Informasi DPW 1 POPMASEPI, di Pematang Siantar harga produk pertanian mengalami fluktuasi akhir-akhir ini dan cenderung turun dari biasanya seperti harga Bawang putih dan Bawang Bombay. Namun kondisi ini berbeda dengan harga pasaran produk pertanian di daerah perdagangan Kabupaten Simalungun, Aek Kanopan Labura, dan desa Simpang Dolok Batubara Sumatera Utara.
Menurut Saudari Oinike Silitonga, Di Kampung Simpang Dosin, Perdagangan Kabupaten Simalungun, terjadi lonjakan harga Cabai Merah naik dari Rp.25.000/Kg menjadi Rp.30.000/Kg, Tomat naik dari Rp.5000 menjadi Rp.7000.- Kemudian Bawang Merah dari Rp.35.000/Kg naik menjadi Rp.40.000/Kg. Kenaikan harga Bawang Merah juga terjadi bahkan meningkat 3 kali lipat di daerah Aek Kanopan Kabupaten Labura, hal ini disampaikan oleh Izmi Ahad selaku Staff Kajian dan Strategis DPW 1 POPMASEPI. Hal ini juga terjadi di desa Simpang Dolok Batubara, disampaikan oleh saudara Fachry selaku Ketua Umum IMASEP FP USU dimana di daerahnya harga produk pertanian yang sempat melemah kini mulai berangsur-angsur membaik dan meningkat kembali. Namun, hal yang berbeda justru terjadi di Jambi dimana harga bawang merah turun dari seharga Rp. 42.000/Kg menjadi Rp. 38.000/Kg dari penyampaian Saudari Friska Br Hutasoit di Pasar Angso Duo Kota Jambi.
Adanya perbedaan-perbedaan harga produk pertanian di pulau Sumatera mengindikasikan, terjadinya gangguan pada kegiatan distribusi yang terjadi sehingga menyebabkan penyebaran produk di pasar terganggu dan juga akibat dari berkurangnya permintaan konsumen di pasar. Senada dengan hal ini, dalam Diskusi dan Kajian Publik berbasis Online bersama IMASEP FP USU, Saudara Rizky Fahturrahman selaku Ketua DPW 1 POPMASEPI memberikan pandangan yang sama tentang distribusi yang terhambat dapat menyebabkan adanya perbedaan harga di beberapa daerah tertentu. Lebih lanjut lagi, saudara Fathurrahman juga dalam diskusinya menghimbau untuk para mahasiswa, selaku masyarakat berintelektual untuk turun dalam rangka memberikan edukasi tentang apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan dalam waktu sekarang ini, khususnya juga yang menjadi perhatian adalah bagaimana petani yang terus berladang dapat juga diperhatikan oleh pemerintah dan dijamin kesejahteraan dan kebutuhannya, khususnya kesehatan petani di masa saat sekarang ini agar dapat terus berproduksi.
Harapan ketua wilayah ini sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Pertanian Republik Indonesia, dilansir dari media Liputan6.Com, Menteri Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa Pertanian tidak boleh berhenti, pertanian harus terus bergerak, maju, mandiri, modern dan mampu menyediakan pangan bagi 267 Juta penduduk Indonesia. Hal ini tentu bukan isapan jempol belaka. Dilansir media yang sama, Sekjen Kementrian Pertanian, Momon Rusmono mengatakan bahwa kementan telah menyiapkan langkah-langkah strategis dalam mengatasi dampak Covid-19 seperti Memastikan semua komponen pertanian tetap harus bekerja dan komitmen, kemudian mempercepat program bantuan sarana produksi seperti alat dan mesin pertanian, bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya. Strategi selanjutnya berupa menjaga keseimbangan Supply dan Demand bahan pangan serta stabilisasi harga pangan termasuk juga melakukan kerjasama dan harmonisasi dengan seluruh stakeholders, termasuk yang diluar Kementrian Pertanian dan tak lupa pula usaha dalam mempercepat ekspor komoditas strategis dalam mendukung keberlanjutan ekonomi.
Adanya permasalahan tentu juga dituntut solusi dalam penanggulangannya, apapun usaha yang dilakukan perlu dikaji dan didukung agar dapat mencapai tujuan bersama. Sebagai bangsa yang besar, adanya sinergi dari berbagai Stakeholders tak terkecuali kelompok mahasiswa selaku intelektual-intelektual muda bangsa, tentunya sangat diharapkan, terkhusus lagi bagi para pelaku tani di Indonesia khususnya pulau Sumatera. Hal ini dimaksudkan agar terciptanya suasana saling mendukung satu sama lain dimana petani yang diharapkan mampu menjadi alat gerak nasional dalam pemenuhan kebutuhan pada masa covid-19 ini, juga terjamin kebutuhannya dengan perlu diperhatikannya kesejahteraan rumah tangga petani agar tidak merasa dirugikan.
REFERENSI
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4235426/kementan-sigap-antisipasi-dampak-covid-19
Oleh : Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Dewan Pengurus Wilayah (DPW) -1 POPMASEPI